Assalamualaikum Wr. Wb.
Pada
postingan ini, menceritakan tentang perjalananku dari Pontianak ke Putussibau.
Ceritanya, aku liburan kerja dan baru pulang dari Bandung. Karena memang moment
Hari Raya Idul Fitri merupakan hari dimana semua perusahaan libur secara
serentak. Jadi, momennya dimanfaatkan untuk pulang kampung karena banyak keluarga
tercinta yang sudah berharap agar aku bisa pulang.
Dari
Bandung ke Pontianak, aku menaiki pesawat Lion Air. Dan sempat menginap di
rumah temanku di Pontianak selama 1 hari 2 malam. Jadi, hari raya pertama aku habiskan di
Pontianak di rumah temanku. Selanjutnya di hari kedua aku berangkat ke
Putussibau. Sebenarnya bisa aja kesananya naik bis atau travel, tapi karena ini
momen hari raya dan kebersamaan dengan keluarga maka aku memutuskan untuk
kesana naik pesawat aja.
Sebelumnya
aku gak pernah naik pesawat dari Pontianak ke Putussibau ataupun sebaliknya.
Karena tiketnya mahal, biasanya lebih sering naik travel atau naik bis aja
untuk kesananya karena agak murah, biayanya tapi bisa memakan waktu 15 jam perjalanan,
alias seharian lebih. Jadi, menggunakan pesawat merupakan pilihan alternatif
yang cepat karena hanya memakan waktu 1 jam perjalanan saja.
Keberangkatan
Senin, 26
Juni 2017 tepatnya pagi jam 06.00 WIB akupun berangkat diantar oleh temanku ke
bandara. Sesampai disana, akupun berpisah dengannya. Kemudian check-in lalu
menunggu di ruang tunggu. O iya, setelah check-in itu adalah momen yang paling
gak enak. Karena ada pemeriksaan petugas, jadi semua barang bawaan dilepas
seperti tas, jaket, handphone, dompet, bahkan ikat pinggang, dan lain
sebagainya semua dimasukkan ke dalam keranjang dan diperiksa menggunakan alat
khusus. Hal ini dilakukan untuk memastikan keamanan saja saat berada dalam
pesawat nanti.
Jam 7.00 WIB,
akupun berangkat dari Pontianak. Kali ini aku menaiki pesawat Kalstar.
Pesawatnya kecil, tapi nyaman walaupun agak sempit. Pramugarinya juga sangat
ramah pada penumpang. Selain itu, saat dalam perjalanan kami semua penumpang
dibagikan minuman dan snack ringan.
Jujur ini
baru pertama kalinya pulang kesana naik pesawat. Dan pesawatpun mulai penerbangan.
Kemudian pesawatpun naik hingga tidak menyentuh tanah lagi. Sampai di
ketinggian, aku masih melihat beberapa bagian kecil dari kota Pontianak.
Semuanya terlihat kecil, bahkan kelihatan seperti mainan anak kecil jika kita
melihat dari atas. Bahkan sungai juga kelihatan kecil sekali.
Bertemu Sesama Perantau
Dalam
perjalanan ini, aku sempat mengobrol dengan penumpang pesawat lainnya dan
posisi duduknya pas disebelahku. Dia juga anak perantau yang sudah bekerja di
Jakarta, dan anak Kapuas Hulu juga. Kami pun berbagi cerita disana. Disana kami
banyak membahas tentang kekeluargaan. Seru sekali dan menyentuh sekali. Karena
memang kenyataannya yang kami tahu adalah orang-orang Kapuas Hulu itu, memiliki
hubungan kekekuargaan yang sangat erat sekali baik itu dengan keluarga sendiri
maupun dengan orang lain yang di luar batas keluarga.
Kapuas Hulu
merupakan sebuah Kabupaten yang terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah
Ketapang. Disini, banyak sekali keanekaragaman baik dari suku, agama, ras, dan
lain-lain. Walaupun semuanya beda, tapi tetap saja nilai kekeluargaan yang
dianggap paling utama.
Terus
diapun, memberikan saran padaku agar saat di tanah rantau nanti tetap menjalin
silaturahmi dengan anak-anak Kalimantan Barat yang sama-sama di rantau. Untuk
memupuk persaudaraan kami jadi lebih baik lagi. Sekalian menambah kenalan, wawasan,
bahkan pengalaman. Seru sekali bisa berbincang dengan orang seperti itu. Dan
Insya Allah, jika ada waktu nanti aku akan coba bersilaturahmi disana.
Pemandangan dalam Pesawat
Lama
kelamaan, pamandangan kota Pontianakpun sudah terlewati. Kamipun melewati
hutan-hutan dan pegunungan. Dimanapun mata melihat keluar jendela, di bawahnya
tampak hutan-hutan yang masih asri. Bahkan ada perkampungan kecil juga yang
terlihat disana, jika dilihat dari atas seakan perkampungan tersebut kelihatan
seperti bintang, karena pantulan sinar matahari yang mengenai atap seng pada
tiap rumah. Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan.
Tidak kalah
juga pemandangan langit yang kami lewati. Senang sekali melihat awan dan bisa
melintas melewatinya. Akupun melihat di atas sana seperti ada lautan di atas
langit. Akupun tidak tahu itu apa, apakah itu mungkin atmosfir? Jika dilihat,
tampak seperti lapisan udara yang membentuk dinding pembatas antara langit dan
bumi. Maklum aku bukan anak Geografi, jadi aku hanya bisa jelasinnya sebatas
ini saja.
Bedanya
penerbangan di pulau sendiri dan di luar pulau adalah disini jika kita melihat
ke bawah yang tampak adalah hutan dan dimana-mana hutan jika kita melihat ke
bawah. Karena Kalimantan itu 80%nya hutan dan dijuluki sebagai paru-paru dunia.
Jika ke luar pulau, sudah pasti yang kita lewati itu adalah laut.
Saat hampir
sampai di Putussibau, Alhamdulillah aku melihat pemandangan Danau Sentarum yang
indah dari atas. Danaunya memang kelihatan luas sekali, tampak
pepohonan-pepohonan di danau, bahkan ada pulaunya juga. Tak bosan mataku
melihat keluar jendela saking kagumnya dengan keindahan Danau Sentarum. Padahal
aku orang asli Kapuas Hulu, tapi belum pernah kesana. Kesanapun cuma sampai
depan aja.
Tak lama
kemudian, di pesawat ada pemberitahuan bahwa sebentar lagi pesawat akan
mendarat. Semuanya pun bersiap dan tidak sabar lagi untuk turun pesawat, yang
pastinya semuanya pasti punya tujuan yang sama denganku. Yaitu, ingin bertemu
keluarga dan teman-teman tercinta. Dan keluargapun pastinya sudah menunggu
kehadiran kami di Bandara. Alhamdulillah, kamipun sampai.
Setibanya Disana
Turun dari
pesawat, kamipun bergegas bertemu keluarga masing-masing yang sudah menunggu di
luar bandara. Akhirnya, akupun berpisah dengan teman bicaraku yang tadi.
Akhirnya, akupun bertemu dengan Bapakku yang sudah menunggu di Bandara. Akupun menyalaminya.
Kemudian kamipun langsung melakukan perjalanan ke rumah.
Sesampainya
di rumah, banyak tamu yang sedang bersilaturahmi di rumah. Disana ada Ibuku
yang sedang berbincang dengan mereka. Akupun pulang dan mengucap salam. Salamku
terjawab oleh semua yang berada di ruang tamu. Kemudian aku salami ibuku,
akupun dipeluk dan dicium. Nampaknya Ibuku benar-benar merindukan aku. Ya,
begitu juga aku. Lalu akupun lanjut dengan menyalami tamu-tamu yang lain. Di saat
yang yang sama, adik-adikku masih ketiduran. Susah sekali membangunkannya, ya
memang sudah dimaklumi.
Alhamdulillah,
senang sekali sudah sampai rumah. Sudah 1 tahun aku tidak pulang, dan
Alhamdulillah sekali disini sudah banyak perubahan, mulai dari anak-anak
sekitar yang sudah tumbuh besar, adanya usaha-usaha baru di sekitar rumah,
bahkan tetangga sekitar yang sudah sukses dan berkembang dalam menjalankan
usahanya. Suasanya yang sangat dirindukan. Ya, inilah rumah.
Alhamdulillah,
untuk postingan ini hanya itu saja yang bisa aku berikan. Maaf, hanya ceritanya
saja dan tidak disertai foto. Soalnya di dalam pesawat, tidak boleh
mengaktifkan handphone saat penerbangan. Boleh aja aktif, tapi dalam mode
pesawat terbang. Akan tetapi, untuk antisipasi bagus dimatiin aja handphonenya.
Karena takut tiba-tiba handphone bermasalah dan menimbulkan radiasi yang bisa
mengganggu komunikasi pesawat.
Akhir kata,
semoga artikel ini bermanfaat. Insya Allah akan posting artikel berikutnya.
Maaf bila ada kekurangan pada artikel ini.
“Selamat
Hari Raya Idul Fitri 2017/ 1438 H”
“Minal
Aidin Wal Faidzin”
“Mohon Maaf
Lahir dan Bathin”
Wassalamualaikum Wr. Wb
Post a Comment