Danny Julian Pratama

Belajar, kemudian berbagi

Pontianak-Putussibau, Naik Pesawat Pertama Kali


Pontianak-Putussibau, Naik Pesawat Pertama Kali

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pada postingan ini, menceritakan tentang perjalananku dari Pontianak ke Putussibau. Ceritanya, aku liburan kerja dan baru pulang dari Bandung. Karena memang moment Hari Raya Idul Fitri merupakan hari dimana semua perusahaan libur secara serentak. Jadi, momennya dimanfaatkan untuk pulang kampung karena banyak keluarga tercinta yang sudah berharap agar aku bisa pulang.

Dari Bandung ke Pontianak, aku menaiki pesawat Lion Air. Dan sempat menginap di rumah temanku di Pontianak selama 1 hari 2 malam. Jadi, hari raya pertama aku habiskan di Pontianak di rumah temanku. Selanjutnya di hari kedua aku berangkat ke Putussibau. Sebenarnya bisa aja kesananya naik bis atau travel, tapi karena ini momen hari raya dan kebersamaan dengan keluarga maka aku memutuskan untuk kesana naik pesawat aja.

Sebelumnya aku gak pernah naik pesawat dari Pontianak ke Putussibau ataupun sebaliknya. Karena tiketnya mahal, biasanya lebih sering naik travel atau naik bis aja untuk kesananya karena agak murah, biayanya tapi bisa memakan waktu 15 jam perjalanan, alias seharian lebih. Jadi, menggunakan pesawat merupakan pilihan alternatif yang cepat karena hanya memakan waktu 1 jam perjalanan saja.




Keberangkatan

Senin, 26 Juni 2017 tepatnya pagi jam 06.00 WIB akupun berangkat diantar oleh temanku ke bandara. Sesampai disana, akupun berpisah dengannya. Kemudian check-in lalu menunggu di ruang tunggu. O iya, setelah check-in itu adalah momen yang paling gak enak. Karena ada pemeriksaan petugas, jadi semua barang bawaan dilepas seperti tas, jaket, handphone, dompet, bahkan ikat pinggang, dan lain sebagainya semua dimasukkan ke dalam keranjang dan diperiksa menggunakan alat khusus. Hal ini dilakukan untuk memastikan keamanan saja saat berada dalam pesawat nanti.

Jam 7.00 WIB, akupun berangkat dari Pontianak. Kali ini aku menaiki pesawat Kalstar. Pesawatnya kecil, tapi nyaman walaupun agak sempit. Pramugarinya juga sangat ramah pada penumpang. Selain itu, saat dalam perjalanan kami semua penumpang dibagikan minuman dan snack ringan.

Jujur ini baru pertama kalinya pulang kesana naik pesawat. Dan pesawatpun mulai penerbangan. Kemudian pesawatpun naik hingga tidak menyentuh tanah lagi. Sampai di ketinggian, aku masih melihat beberapa bagian kecil dari kota Pontianak. Semuanya terlihat kecil, bahkan kelihatan seperti mainan anak kecil jika kita melihat dari atas. Bahkan sungai juga kelihatan kecil sekali.


Bertemu Sesama Perantau

Dalam perjalanan ini, aku sempat mengobrol dengan penumpang pesawat lainnya dan posisi duduknya pas disebelahku. Dia juga anak perantau yang sudah bekerja di Jakarta, dan anak Kapuas Hulu juga. Kami pun berbagi cerita disana. Disana kami banyak membahas tentang kekeluargaan. Seru sekali dan menyentuh sekali. Karena memang kenyataannya yang kami tahu adalah orang-orang Kapuas Hulu itu, memiliki hubungan kekekuargaan yang sangat erat sekali baik itu dengan keluarga sendiri maupun dengan orang lain yang di luar batas keluarga.

Kapuas Hulu merupakan sebuah Kabupaten yang terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah Ketapang. Disini, banyak sekali keanekaragaman baik dari suku, agama, ras, dan lain-lain. Walaupun semuanya beda, tapi tetap saja nilai kekeluargaan yang dianggap paling utama.

Terus diapun, memberikan saran padaku agar saat di tanah rantau nanti tetap menjalin silaturahmi dengan anak-anak Kalimantan Barat yang sama-sama di rantau. Untuk memupuk persaudaraan kami jadi lebih baik lagi. Sekalian menambah kenalan, wawasan, bahkan pengalaman. Seru sekali bisa berbincang dengan orang seperti itu. Dan Insya Allah, jika ada waktu nanti aku akan coba bersilaturahmi disana.


Pemandangan dalam Pesawat

Lama kelamaan, pamandangan kota Pontianakpun sudah terlewati. Kamipun melewati hutan-hutan dan pegunungan. Dimanapun mata melihat keluar jendela, di bawahnya tampak hutan-hutan yang masih asri. Bahkan ada perkampungan kecil juga yang terlihat disana, jika dilihat dari atas seakan perkampungan tersebut kelihatan seperti bintang, karena pantulan sinar matahari yang mengenai atap seng pada tiap rumah. Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan.

Tidak kalah juga pemandangan langit yang kami lewati. Senang sekali melihat awan dan bisa melintas melewatinya. Akupun melihat di atas sana seperti ada lautan di atas langit. Akupun tidak tahu itu apa, apakah itu mungkin atmosfir? Jika dilihat, tampak seperti lapisan udara yang membentuk dinding pembatas antara langit dan bumi. Maklum aku bukan anak Geografi, jadi aku hanya bisa jelasinnya sebatas ini saja.

Bedanya penerbangan di pulau sendiri dan di luar pulau adalah disini jika kita melihat ke bawah yang tampak adalah hutan dan dimana-mana hutan jika kita melihat ke bawah. Karena Kalimantan itu 80%nya hutan dan dijuluki sebagai paru-paru dunia. Jika ke luar pulau, sudah pasti yang kita lewati itu adalah laut.

Saat hampir sampai di Putussibau, Alhamdulillah aku melihat pemandangan Danau Sentarum yang indah dari atas. Danaunya memang kelihatan luas sekali, tampak pepohonan-pepohonan di danau, bahkan ada pulaunya juga. Tak bosan mataku melihat keluar jendela saking kagumnya dengan keindahan Danau Sentarum. Padahal aku orang asli Kapuas Hulu, tapi belum pernah kesana. Kesanapun cuma sampai depan aja.

Tak lama kemudian, di pesawat ada pemberitahuan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat. Semuanya pun bersiap dan tidak sabar lagi untuk turun pesawat, yang pastinya semuanya pasti punya tujuan yang sama denganku. Yaitu, ingin bertemu keluarga dan teman-teman tercinta. Dan keluargapun pastinya sudah menunggu kehadiran kami di Bandara. Alhamdulillah, kamipun sampai.



Setibanya Disana

Turun dari pesawat, kamipun bergegas bertemu keluarga masing-masing yang sudah menunggu di luar bandara. Akhirnya, akupun berpisah dengan teman bicaraku yang tadi. Akhirnya, akupun bertemu dengan Bapakku yang sudah menunggu di Bandara. Akupun menyalaminya. Kemudian kamipun langsung melakukan perjalanan ke rumah.

Sesampainya di rumah, banyak tamu yang sedang bersilaturahmi di rumah. Disana ada Ibuku yang sedang berbincang dengan mereka. Akupun pulang dan mengucap salam. Salamku terjawab oleh semua yang berada di ruang tamu. Kemudian aku salami ibuku, akupun dipeluk dan dicium. Nampaknya Ibuku benar-benar merindukan aku. Ya, begitu juga aku. Lalu akupun lanjut dengan menyalami tamu-tamu yang lain. Di saat yang yang sama, adik-adikku masih ketiduran. Susah sekali membangunkannya, ya memang sudah dimaklumi.

Alhamdulillah, senang sekali sudah sampai rumah. Sudah 1 tahun aku tidak pulang, dan Alhamdulillah sekali disini sudah banyak perubahan, mulai dari anak-anak sekitar yang sudah tumbuh besar, adanya usaha-usaha baru di sekitar rumah, bahkan tetangga sekitar yang sudah sukses dan berkembang dalam menjalankan usahanya. Suasanya yang sangat dirindukan. Ya, inilah rumah.

Alhamdulillah, untuk postingan ini hanya itu saja yang bisa aku berikan. Maaf, hanya ceritanya saja dan tidak disertai foto. Soalnya di dalam pesawat, tidak boleh mengaktifkan handphone saat penerbangan. Boleh aja aktif, tapi dalam mode pesawat terbang. Akan tetapi, untuk antisipasi bagus dimatiin aja handphonenya. Karena takut tiba-tiba handphone bermasalah dan menimbulkan radiasi yang bisa mengganggu komunikasi pesawat.

Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat. Insya Allah akan posting artikel berikutnya. Maaf bila ada kekurangan pada artikel ini.


“Selamat Hari Raya Idul Fitri 2017/ 1438 H”
“Minal Aidin Wal Faidzin”
“Mohon Maaf Lahir dan Bathin”

Wassalamualaikum Wr. Wb


Share this:

Post a Comment

 
Copyright © DANNY JULIAN PRATAMA. Designed by OddThemes & Best Wordpress Themes 2018